Tidurlah Nak, Mama mau kerja
Saturday, January 04, 2014
Tidurlah Nak, Mama mau kerja. Banyak anak perempuan yang bermimpi menjadi seorang putri untuk kecantikan dan keanggunannya. Aku adalah salah satunya. Tapi putri yang sebenarnya dipilih karena keturunannya. Panggil saja aku Tia. Aku seorang anak perempuan biasa seperti anak perempuan pada umumnya. Jika kau tatap mataku kau akan melihat gadis penyayang. Jika kau melihat senyumku kau akan melihat tak ada yang aneh. Tapi jika kau naikkan kaosku, kau akan melihat memar-memarku. Apa yang kulakukan hingga mereka semarah itu?
Tak ada yang mendengarkan remaja. Semua orang berpikir kau harus bahagia karena kau muda. Mereka tak melihat apa yang kuperjuangkan setiap hari. Waktu itu usiaku 16 tahun. Hem, tahun terburuk dalam 16 tahun hidupku yang mengerikan. Semua dimulai dari sebuah telepon. Ibuku menangis dan memohon, meminta lebih banyak waktu, seakan dia menghirup nafas terakhirnya. Dia memelukku seerat mungkin dan menangis. Air matanya menembus bajuku seperti peluru-peluru tentara perang. Dia bilang, kami diusir dari rumah kontrakan ini dan dia terus meminta maaf padaku. Sejak saat itu, aku menyadari bahwa kami tak punya rumah.
Di pagi hari saat pengusiran, ketukan keras di pintu, ehm lebih mirip gedoran pintu, membangunkanku. Mereka tiga orang lelaki berbadan besar telah menunggu untuk melaksanakan tugasnya. Aku menatap ke langit menunggu sesuatu terjadi. Ibuku tak punya keluarga untuk berpegangan dan tak ada uang yang masuk. Sejak saat itu, aku mengubur dalam-dalam mimpiku untuk menjadi seorang putri. Ya, buat apa bermimpi menjadi seorang putri jika aku tak punya rumah.
Saat pengusiran itu, aku menyaksikan ibuku dipukuli sampai hampir mati hanya karena kami tak mampu lagi membayar uang sewa. Aku menyaksikan ada darah dan air mata mengalir di wajahnya. Aku merasa tak berguna, takut dan marah dalam waktu yang sama saat itu. Setelah puas menyiksa ibuku, giliranku menjadi sasarannya. Sampai saat ini aku masih merasakan sabetan sabʋknya di bagian punggungku.
Aku menangis di malam pertama dimana kami melewati waktu dijalanan, begitu pula ibuku. Setelah itu, kami habiskan beberapa tahun berikutnya dengan berpindah-pindah dari rumah majikan satu ke rumah majikan yang lainnya. Tiap hari aku cemas dan terus memikirkan kapan kami punya rumah.
Aku berpikir, sampai kapan pun aku tak akan punya rumah jika terus begini. Aku memutuskan untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Disana temanku menawari sebuah pekerjaan . Ya, sebuah pekerjaan di sebuah rumah karaoke keluarga. Aku terima tawarannya itu dan aku bekerja disitu di bagian kasir. Untuk sementara aku tinggal di kosan teman itu.
Aku menikmati pekerjaan baru sebagai seorang kasir di sebuah rumah karaoke keluarga. Untuk sementara aku merasa sedikit lega, karena aku bisa menyambung hidup dan setikdaknya aku bisa mentransfer uang untuk ibuku yang masih bekerja sebagai seorang pembantu. Ya, meski gajiku tak seberapa, namun aku senang menjalaninya. Hidup terus berlanjut.
Setelah beberapa bulan, aku merasa kurang dengan apa yang kuhasilkan dari menjadi seorang kasir di sebuah rumah karaoke keluarga tersebut. Aku berpikir lagi untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang lebih banyak daripada menjadi seorang kasir..
Aku memutuskan untuk berhenti/mengundurkan diri dari rumah karaoke keluarga itu. Di sebuah rumah karaoke yang letaknya tak jauh dari rumah karaoke dimana aku pernah menjadi seorang kasir disana, menyediakan jasa perempuan pemandu karaoke. Dari kabar yang kudengar, penghasilan dari seorang perempuan pemandu karaoke cukup menjanjikan. Dari situ aku memutuskan untuk bergabung di dalamnya.
Awalnya aku merasa risih, menemani beberapa lelaki yang belum kukenal di dalam room karaoke. Aku harus menuangkan minuman untuk mereka, berjoget, bernyanyi (ya, aku memang memiliki suara yang lumayan bagus, hehehe), dan yang paling membuatku merasa jijik adalah mereka lelaki yang belum kukenal itu menggerayangi bagian-bagian tubuhku selama berada di dalam room. Ingin aku rasanya berlari dari tempat itu, tapi aku membutuhkan uang untuk hidup dan hanya itu yang bisa kulakukan untuk mendapatkan uang untuk terus bisa bertahan hidup. Jadi kujalani saja pekerjaan itu meski sebenarnya aku ingin berlari.
Seiring berjalannya waktu, aku tak lagi merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh para lelaki yang belum kukenal di room karaoke. Dalam waktu relatif singkat, aku menjadi primadona di rumah karaoke itu. Ya, beruntung bagiku karena tuhan menganugerahi wajah yang cantik.
Dari apa yang kukerjakan, keuangan di hidupku sedikit lebih membaik. Aku memiliki kosan sendiri dan sudah tak bergantung kepada temanku, namun aku masih menjaga hubungan baik dengan temanku itu. Namun dari itu semua, yang membuatku bahagia adalah aku bisa mengirim uang lebih banyak kepada ibuku.
Tak jarang aku mendapat tawaran dari lelaki yang menjadi tamuku di rumah karaoke itu untuk tidur bersama di sebuah hotel dengan tarif selangit. Tapi aku menolak setiap tawaran yang datang dari beberapa laki-laki itu. Aku tak punya alasan untuk menerima tawaran mereka.
Namun keadaan ini tak berjalan lama. Beberapa rekanku sesama perempuan pemandu karaoke merasa iri karena dalam waktu yang singkat aku menjadi idola. Mereka memusuhiku dan akhirnya mereka menyingkirkanku. Kini aku kembali menjadi seorang peng@ngguran.
Di saat masa peng@ngguran itulah aku pergi jalan-jalan bersama temanku baikku tadi ke sebuah tempat wisata yang menyajikan pemandangan alam yang indah disebuah dataran tinggi. Di sana terdapat jajaran hotel dan vila. Dan yang paling membuatku tertarik adalah disana banyak terdapat rumah karaoke yang besar-besar. Aku ingin bekerja disitu, kembali menjadi seorang perempuan pemandu karaoke.
Disana akhirnya aku kembali bekerja untuk mendapatkan uang. Ya, kembali menjadi seorang pemandu karaoke. Disini aku mendapatkan bayaran yang lebih besar. Di daerah ini memang cocok untuk berbisnis hal yang demikian.
Di tempat inilah aku bertemu seorang lelaki yang membuat hatiku jatuh. Aku jatuh cinta padanya dan dia pun juga menyimpan perasaan yang sama. Akhirnya kami berdua pun menjadi sepasang kekasih. Inilah untuk pertama kali akku merasa bahagia yang sesungguhnya sejak pengusiran kejam yang terjadi 5 tahun lalu.
Kepadanya kuserahkan milikku yang paling berharga dan berulang kali kami melakukannya. Hingga akhirnya aku hamil diusiaku yang ke-21. Kukabarkan kehamilanku kepadanya, aku berharap dia senang mendengar kabar itu karena dia pernah berjanji untuk menikahiku. Namun kenyataan tak selalu sama dengan harapan. Dia marah dan memukulku terjadi pertengkaran hebat diantara kami berdua. Kemudian dia pergi entah kemana. Itulah terakhir kalinya aku melihatnya.
Beberapa kali aku berusaha menemuinya dan menghubunginya. Namun semua usahaku sia-sia. Jejaknya pun tak pernah aku temukan. Kini aku hidup sendiri dengan bayi dikandunganku di kota orang. Sejak saat itu, aku jadi membenci apa yang namanya cinta. Bagiku, cinta adalah semua hal yang kita lakukan dalam keadaan tᥱlanjang.
Di usia kehamilan yang masih muda dan perutku belum terlihat membesar, aku terus bekerja sebagai seorang pemandu karaoke. Setiap hari terlintas dalam benakku, sampai kapan aku terus begini sedangkan perutku semakin membesar seiring berjalannya waktu. Belum lagi bagaimana nasib ibu disana jika dia mengetahui kehamilanku. Namun inilah aku, dan kehidupan masih terus berjalan.
Aku masih sama seperti 5 tahun lalu jika kau melihatku, hanya saja perutku agak sedikit membuncit. Jika kau tatap mataku kau akan melihat gadis penyayang. Jika kau melihat senyumku kau akan melihat tak ada yang aneh. Tapi jika kau naikkan kaosku, kau tak lagi melihat memar-memarku, tapi kau akan melihat tato-tato yang memenuhi tubuhku.
Beberapa kali aku berusaha menggugurkan kandunganku. Namun Tuhan berkehendak lain, Dia menginginkan aku melahirkan seorang bayi. Hingga akhirnya lahirlah bayi itu. Bayi laki-laki yang tampan, bersih dan lucu yang membuatku tak kuasa menitihkan air mata. Air mata haru, cinta dan kekhawatiran kurasakan saat itu. Kuberi nama anakku, Saint Victor yang memiliki arti pemenang. Aku berharap kelak dia menjadi seorang pemenang. Ya, pemenang dalam kehidupan.
Kini aku tak hidup sendiri lagi, kini aku bersama Saint Victor anakku. Otomatis biaya hidup semakin bertambah. Maka aku memutuskan untuk meninggalkan pekerjaanku sebagai seorang pemandu karaoke. Aku beralih menjadi seorang pelʌcur untuk mendapatkan uang lebih banyak.
Sebenarnya aku takut untuk melakukannya karena sering terjadi pembvnuhan pada pelʌcur di tempat ini. Pembʋnuhan itu sewaktu-waktu dapat menimpaku. Namun bukan itu yang membuat sepenuhnya takut. Tak ada yang lebih menakutkan bagiku daripada pergi meninggalkan Saint Victor-ku.
Dan ini yang paling berat bagiku, Saint Victor selalu menangis setiap malam ketika petugas hotel menjemputku di tempat penampungan PSK. Saint Victor seolah tak pernah rela mama-nya menjadi seorang pelʌcur. Tapi semua ini kulakukan untuk Saint Victor dan untuk kelanjutan kehidupan kita berdua.
Beruntung bagiku memiliki teman-teman yang baik di tempat penampungan PSK. Mereka secara suka rela secara bergiliran menjaga Saint Victor ketika aku bekerja. Tak kuasa aku setiap petugas hotel menjemputku dan melihat Saint Victor menangis. Aku hanya bisa mengatakan satu kalimat setiap akan berangkat ke hotel, “Tidurlah nak, mama mau kerja.”
Pulang dari hotel adalah waktu yang selalu kunanti. Melihat Saint Victor tidur dan aku berada di sampingnya adalah anugrah terbesar dari Tuhan yang dilimpahkan bagiku.
Sambil memeluk Saint Victor yang sedang tertidur, aku berkata lirih, sangat lirih, “Sayang baik-baik saja ya. Kita harus bertahan dengan apa yang kita punya. Kita saling memiliki satu sama lain dan ada banyak cinta diantara kita. Kita sudah setengah perjalanan melewati ini semua, gapailah tangan Mama, kita akan berhasil, Mama berjanji.”
“Mama akan mendukung apapun cita-citamu, mungkin kau ingin menjadi seorang penyanyi seperti Jon Bon Jovi. Ya, mungkin kau memiliki bakat itu, karena kau memang terlahir dari seorang penyanyi, meski hanya penyanyi karaoke, hehehe. Kau ingin dengar suara Mama nak? Dengarkan ini ya.”
Whooaaaaaa! We’re half way there
Whooooaaaa! Livin’ on a prayer
Take my hand- we’ll make it - I swear
Whooaaaa! Livin’ on a prayer
“Baguskan suara Mama? hehehe. Jadilah pemenang sejati nak seperti harapan Mama yang Mama sematkan dalam namanu, Saint Victor. Ya, kaulah pemenang sejati. Pemenang kehidupan
Demikianlah cerpen Tidurlah Nak, Mama mau kerja, Cerpen dari seorang bernama Mex'r and Frank's, simak juga cerpen yang lain, atau puisi dan kata bijak, yang kami sajikan diblog ini,
Cerpen: Mex'r And Frank's
Tak ada yang mendengarkan remaja. Semua orang berpikir kau harus bahagia karena kau muda. Mereka tak melihat apa yang kuperjuangkan setiap hari. Waktu itu usiaku 16 tahun. Hem, tahun terburuk dalam 16 tahun hidupku yang mengerikan. Semua dimulai dari sebuah telepon. Ibuku menangis dan memohon, meminta lebih banyak waktu, seakan dia menghirup nafas terakhirnya. Dia memelukku seerat mungkin dan menangis. Air matanya menembus bajuku seperti peluru-peluru tentara perang. Dia bilang, kami diusir dari rumah kontrakan ini dan dia terus meminta maaf padaku. Sejak saat itu, aku menyadari bahwa kami tak punya rumah.
Di pagi hari saat pengusiran, ketukan keras di pintu, ehm lebih mirip gedoran pintu, membangunkanku. Mereka tiga orang lelaki berbadan besar telah menunggu untuk melaksanakan tugasnya. Aku menatap ke langit menunggu sesuatu terjadi. Ibuku tak punya keluarga untuk berpegangan dan tak ada uang yang masuk. Sejak saat itu, aku mengubur dalam-dalam mimpiku untuk menjadi seorang putri. Ya, buat apa bermimpi menjadi seorang putri jika aku tak punya rumah.
Saat pengusiran itu, aku menyaksikan ibuku dipukuli sampai hampir mati hanya karena kami tak mampu lagi membayar uang sewa. Aku menyaksikan ada darah dan air mata mengalir di wajahnya. Aku merasa tak berguna, takut dan marah dalam waktu yang sama saat itu. Setelah puas menyiksa ibuku, giliranku menjadi sasarannya. Sampai saat ini aku masih merasakan sabetan sabʋknya di bagian punggungku.
Aku menangis di malam pertama dimana kami melewati waktu dijalanan, begitu pula ibuku. Setelah itu, kami habiskan beberapa tahun berikutnya dengan berpindah-pindah dari rumah majikan satu ke rumah majikan yang lainnya. Tiap hari aku cemas dan terus memikirkan kapan kami punya rumah.
ο♥ο
Aku berpikir, sampai kapan pun aku tak akan punya rumah jika terus begini. Aku memutuskan untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Disana temanku menawari sebuah pekerjaan . Ya, sebuah pekerjaan di sebuah rumah karaoke keluarga. Aku terima tawarannya itu dan aku bekerja disitu di bagian kasir. Untuk sementara aku tinggal di kosan teman itu.
Aku menikmati pekerjaan baru sebagai seorang kasir di sebuah rumah karaoke keluarga. Untuk sementara aku merasa sedikit lega, karena aku bisa menyambung hidup dan setikdaknya aku bisa mentransfer uang untuk ibuku yang masih bekerja sebagai seorang pembantu. Ya, meski gajiku tak seberapa, namun aku senang menjalaninya. Hidup terus berlanjut.
Setelah beberapa bulan, aku merasa kurang dengan apa yang kuhasilkan dari menjadi seorang kasir di sebuah rumah karaoke keluarga tersebut. Aku berpikir lagi untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang lebih banyak daripada menjadi seorang kasir..
ο♥ο
Aku memutuskan untuk berhenti/mengundurkan diri dari rumah karaoke keluarga itu. Di sebuah rumah karaoke yang letaknya tak jauh dari rumah karaoke dimana aku pernah menjadi seorang kasir disana, menyediakan jasa perempuan pemandu karaoke. Dari kabar yang kudengar, penghasilan dari seorang perempuan pemandu karaoke cukup menjanjikan. Dari situ aku memutuskan untuk bergabung di dalamnya.
Awalnya aku merasa risih, menemani beberapa lelaki yang belum kukenal di dalam room karaoke. Aku harus menuangkan minuman untuk mereka, berjoget, bernyanyi (ya, aku memang memiliki suara yang lumayan bagus, hehehe), dan yang paling membuatku merasa jijik adalah mereka lelaki yang belum kukenal itu menggerayangi bagian-bagian tubuhku selama berada di dalam room. Ingin aku rasanya berlari dari tempat itu, tapi aku membutuhkan uang untuk hidup dan hanya itu yang bisa kulakukan untuk mendapatkan uang untuk terus bisa bertahan hidup. Jadi kujalani saja pekerjaan itu meski sebenarnya aku ingin berlari.
Seiring berjalannya waktu, aku tak lagi merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh para lelaki yang belum kukenal di room karaoke. Dalam waktu relatif singkat, aku menjadi primadona di rumah karaoke itu. Ya, beruntung bagiku karena tuhan menganugerahi wajah yang cantik.
Dari apa yang kukerjakan, keuangan di hidupku sedikit lebih membaik. Aku memiliki kosan sendiri dan sudah tak bergantung kepada temanku, namun aku masih menjaga hubungan baik dengan temanku itu. Namun dari itu semua, yang membuatku bahagia adalah aku bisa mengirim uang lebih banyak kepada ibuku.
Tak jarang aku mendapat tawaran dari lelaki yang menjadi tamuku di rumah karaoke itu untuk tidur bersama di sebuah hotel dengan tarif selangit. Tapi aku menolak setiap tawaran yang datang dari beberapa laki-laki itu. Aku tak punya alasan untuk menerima tawaran mereka.
Namun keadaan ini tak berjalan lama. Beberapa rekanku sesama perempuan pemandu karaoke merasa iri karena dalam waktu yang singkat aku menjadi idola. Mereka memusuhiku dan akhirnya mereka menyingkirkanku. Kini aku kembali menjadi seorang peng@ngguran.
ο♥ο
Di saat masa peng@ngguran itulah aku pergi jalan-jalan bersama temanku baikku tadi ke sebuah tempat wisata yang menyajikan pemandangan alam yang indah disebuah dataran tinggi. Di sana terdapat jajaran hotel dan vila. Dan yang paling membuatku tertarik adalah disana banyak terdapat rumah karaoke yang besar-besar. Aku ingin bekerja disitu, kembali menjadi seorang perempuan pemandu karaoke.
Disana akhirnya aku kembali bekerja untuk mendapatkan uang. Ya, kembali menjadi seorang pemandu karaoke. Disini aku mendapatkan bayaran yang lebih besar. Di daerah ini memang cocok untuk berbisnis hal yang demikian.
Di tempat inilah aku bertemu seorang lelaki yang membuat hatiku jatuh. Aku jatuh cinta padanya dan dia pun juga menyimpan perasaan yang sama. Akhirnya kami berdua pun menjadi sepasang kekasih. Inilah untuk pertama kali akku merasa bahagia yang sesungguhnya sejak pengusiran kejam yang terjadi 5 tahun lalu.
Kepadanya kuserahkan milikku yang paling berharga dan berulang kali kami melakukannya. Hingga akhirnya aku hamil diusiaku yang ke-21. Kukabarkan kehamilanku kepadanya, aku berharap dia senang mendengar kabar itu karena dia pernah berjanji untuk menikahiku. Namun kenyataan tak selalu sama dengan harapan. Dia marah dan memukulku terjadi pertengkaran hebat diantara kami berdua. Kemudian dia pergi entah kemana. Itulah terakhir kalinya aku melihatnya.
Beberapa kali aku berusaha menemuinya dan menghubunginya. Namun semua usahaku sia-sia. Jejaknya pun tak pernah aku temukan. Kini aku hidup sendiri dengan bayi dikandunganku di kota orang. Sejak saat itu, aku jadi membenci apa yang namanya cinta. Bagiku, cinta adalah semua hal yang kita lakukan dalam keadaan tᥱlanjang.
Di usia kehamilan yang masih muda dan perutku belum terlihat membesar, aku terus bekerja sebagai seorang pemandu karaoke. Setiap hari terlintas dalam benakku, sampai kapan aku terus begini sedangkan perutku semakin membesar seiring berjalannya waktu. Belum lagi bagaimana nasib ibu disana jika dia mengetahui kehamilanku. Namun inilah aku, dan kehidupan masih terus berjalan.
Aku masih sama seperti 5 tahun lalu jika kau melihatku, hanya saja perutku agak sedikit membuncit. Jika kau tatap mataku kau akan melihat gadis penyayang. Jika kau melihat senyumku kau akan melihat tak ada yang aneh. Tapi jika kau naikkan kaosku, kau tak lagi melihat memar-memarku, tapi kau akan melihat tato-tato yang memenuhi tubuhku.
Beberapa kali aku berusaha menggugurkan kandunganku. Namun Tuhan berkehendak lain, Dia menginginkan aku melahirkan seorang bayi. Hingga akhirnya lahirlah bayi itu. Bayi laki-laki yang tampan, bersih dan lucu yang membuatku tak kuasa menitihkan air mata. Air mata haru, cinta dan kekhawatiran kurasakan saat itu. Kuberi nama anakku, Saint Victor yang memiliki arti pemenang. Aku berharap kelak dia menjadi seorang pemenang. Ya, pemenang dalam kehidupan.
Kini aku tak hidup sendiri lagi, kini aku bersama Saint Victor anakku. Otomatis biaya hidup semakin bertambah. Maka aku memutuskan untuk meninggalkan pekerjaanku sebagai seorang pemandu karaoke. Aku beralih menjadi seorang pelʌcur untuk mendapatkan uang lebih banyak.
Sebenarnya aku takut untuk melakukannya karena sering terjadi pembvnuhan pada pelʌcur di tempat ini. Pembʋnuhan itu sewaktu-waktu dapat menimpaku. Namun bukan itu yang membuat sepenuhnya takut. Tak ada yang lebih menakutkan bagiku daripada pergi meninggalkan Saint Victor-ku.
Dan ini yang paling berat bagiku, Saint Victor selalu menangis setiap malam ketika petugas hotel menjemputku di tempat penampungan PSK. Saint Victor seolah tak pernah rela mama-nya menjadi seorang pelʌcur. Tapi semua ini kulakukan untuk Saint Victor dan untuk kelanjutan kehidupan kita berdua.
Beruntung bagiku memiliki teman-teman yang baik di tempat penampungan PSK. Mereka secara suka rela secara bergiliran menjaga Saint Victor ketika aku bekerja. Tak kuasa aku setiap petugas hotel menjemputku dan melihat Saint Victor menangis. Aku hanya bisa mengatakan satu kalimat setiap akan berangkat ke hotel, “Tidurlah nak, mama mau kerja.”
Pulang dari hotel adalah waktu yang selalu kunanti. Melihat Saint Victor tidur dan aku berada di sampingnya adalah anugrah terbesar dari Tuhan yang dilimpahkan bagiku.
Sambil memeluk Saint Victor yang sedang tertidur, aku berkata lirih, sangat lirih, “Sayang baik-baik saja ya. Kita harus bertahan dengan apa yang kita punya. Kita saling memiliki satu sama lain dan ada banyak cinta diantara kita. Kita sudah setengah perjalanan melewati ini semua, gapailah tangan Mama, kita akan berhasil, Mama berjanji.”
“Mama akan mendukung apapun cita-citamu, mungkin kau ingin menjadi seorang penyanyi seperti Jon Bon Jovi. Ya, mungkin kau memiliki bakat itu, karena kau memang terlahir dari seorang penyanyi, meski hanya penyanyi karaoke, hehehe. Kau ingin dengar suara Mama nak? Dengarkan ini ya.”
Whooaaaaaa! We’re half way there
Whooooaaaa! Livin’ on a prayer
Take my hand- we’ll make it - I swear
Whooaaaa! Livin’ on a prayer
“Baguskan suara Mama? hehehe. Jadilah pemenang sejati nak seperti harapan Mama yang Mama sematkan dalam namanu, Saint Victor. Ya, kaulah pemenang sejati. Pemenang kehidupan
******
Demikianlah cerpen Tidurlah Nak, Mama mau kerja, Cerpen dari seorang bernama Mex'r and Frank's, simak juga cerpen yang lain, atau puisi dan kata bijak, yang kami sajikan diblog ini,
Cerpen: Mex'r And Frank's