Puisi Pijak
Sunday, November 23, 2014
Puisi pijak Diam mematung sebongkah impian senja Menukik tajam cakram menaji minda Penghujung hanyut tak telak runtut Mimp kalut di ujung maut, resah mengikat haluan Tungkai harap melindas badai Remuk. salah satu penggalan bait dari dua puisi tentang pijak.
Piajak biasa diartika sesuatu hal yang diinjak, akan tetapi puisi ini berbeda, dan itu lah puisi umunya kata kata dalm baitnya pradoks, dapun masing masing judul dari dua puisi tentang pijak tersebut antara lain.
Harum patri merona seikat kenanga
Memuja hela berpaku menikam nirwana
Dendang gelinjang resah buncah gelora
Diam mematung sebongkah impian senja
Menukik tajam cakram menaji minda
Penghujung hanyut tak telak runtut
Mimp kalut di ujung maut
Hadirkan resah mengikat haluan
Tungkai harap melindas badan
Remuk, setabur pasir menjadi kenangan
Pusara merah bata akhir dari perjalanan
Membelah petir mengulum nyinyir
Melekat jasad tertimpa nisan berukir
Senja janji pustaka jiwa
Merunduk menghadap Hyang Widi Wasa.
Yuand, 2014.
Tudungku yakin, genapkan ilmu keberanian dalam syari'at suci
Kabar
Kabarkan wejangan sufi pada kemarau kerontang
Hingga aku faham
Nanti,
semua adik, memiliki cucu gagah berani dan benderang dengan putih.
Lalu berwaris semua ilmu makrifat jernih , yang diwisuda dan di samakan.
TgPandan Sept 2015
PUISI DALAM KUASA WAKTU
Kita sama menangis.
Dalam isak dada menyesak. Betapa tak sanggup untuk kucegah, ketika mangalir kata tentang sebuah asa.
Andai jarak tak teramat jauh. Ingin aku berlari, merengkuh dalam ketidakberdayaanmu kini.
Bahkan ikhlas segalanya kupertaruhkan, demi tetapmu dalam pijak keberadaan.
Terkadang timbul penyesalan. Mengapa tak kuasa penuhi segalanya. Agar tak harus engkau berjuang, selagi ragamupun dalam kepayahan. Dada laksana terhimpit karang. Terpaku, terbelenggu gerakku.
Kau bagai telah kukenal sebelum aku benar-benar dilahirkan. Keterikatan batin mendarah daging. Seakan padamu setulang rusukku. Cinta telah melekat erat, mengalir rindu hingga dasar kalbu. Maafkan sayang, sesungguhnya tak ingin kulihat engkau membanting tulang.
Dalam lemah kusertakan doa
Baik baiklah kau di sana
Pegang janjiku!
Esok kala kudatang, kuhentikan derita hidupmu ...
Demikianlah puisi pijak. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Piajak biasa diartika sesuatu hal yang diinjak, akan tetapi puisi ini berbeda, dan itu lah puisi umunya kata kata dalm baitnya pradoks, dapun masing masing judul dari dua puisi tentang pijak tersebut antara lain.
- Puisi pijak
- Puisi derapkan satu pijak
- Puisi dalam kuasa waktu
PUISI PIJAK
Di atas tonggak berpualam jinggaHarum patri merona seikat kenanga
Memuja hela berpaku menikam nirwana
Dendang gelinjang resah buncah gelora
Diam mematung sebongkah impian senja
Menukik tajam cakram menaji minda
Penghujung hanyut tak telak runtut
Mimp kalut di ujung maut
Hadirkan resah mengikat haluan
Tungkai harap melindas badan
Remuk, setabur pasir menjadi kenangan
Pusara merah bata akhir dari perjalanan
Membelah petir mengulum nyinyir
Melekat jasad tertimpa nisan berukir
Senja janji pustaka jiwa
Merunduk menghadap Hyang Widi Wasa.
Yuand, 2014.
PUISI DERAPKAN SATU PIJAK
Biarkan pijak gelap gemeretakTudungku yakin, genapkan ilmu keberanian dalam syari'at suci
Kabar
Kabarkan wejangan sufi pada kemarau kerontang
Hingga aku faham
Nanti,
semua adik, memiliki cucu gagah berani dan benderang dengan putih.
Lalu berwaris semua ilmu makrifat jernih , yang diwisuda dan di samakan.
TgPandan Sept 2015
PUISI DALAM KUASA WAKTU
By: Andika
Kita sama menangis.Dalam isak dada menyesak. Betapa tak sanggup untuk kucegah, ketika mangalir kata tentang sebuah asa.
Andai jarak tak teramat jauh. Ingin aku berlari, merengkuh dalam ketidakberdayaanmu kini.
Bahkan ikhlas segalanya kupertaruhkan, demi tetapmu dalam pijak keberadaan.
Terkadang timbul penyesalan. Mengapa tak kuasa penuhi segalanya. Agar tak harus engkau berjuang, selagi ragamupun dalam kepayahan. Dada laksana terhimpit karang. Terpaku, terbelenggu gerakku.
Kau bagai telah kukenal sebelum aku benar-benar dilahirkan. Keterikatan batin mendarah daging. Seakan padamu setulang rusukku. Cinta telah melekat erat, mengalir rindu hingga dasar kalbu. Maafkan sayang, sesungguhnya tak ingin kulihat engkau membanting tulang.
Dalam lemah kusertakan doa
Baik baiklah kau di sana
Pegang janjiku!
Esok kala kudatang, kuhentikan derita hidupmu ...
Demikianlah puisi pijak. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.