Skip to main content

Puisi Tak Selebar Daun Kelor

Puisi Tak Selebar Daun Kelor
Puisi tak selebar daun kelor. Daun adalah salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, dan biasanya berwarna hijau , fungsi utama dari daun tersebut sebagai penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ yang penting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya, daun memasok kebutuhan energinya melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia.

Berkaitan dengan daun, dibawah ini, tiga puisitentang daun adapaun masing masing judul puisinya antara lain.
  1. Puisi tak selebar daun kelor
  2. Puisi daun ranum
  3. Puisi lontar
Salah satu penggalan bait dari ketiga puisi tentang daun tersebut. "langitpun tiada batas Sumber alam sangat melimpah Berbagai kekayaan harus diolah tuntas, kena setetes embun, Ibarat setangkai bunga yang baru kuntum, Kini hijaumu telah terenggut dalam ayun". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini.

PUISI TAK SELEBAR DAUN KELOR

Katanya dunia itu sempit
Langitpun serasa makin menjepit
Di sana-sini banyak orang sakit
Korban perseteruan orang-orang elit

Jangan kawan! Jangan menimpa kita
Mari belajar bijak
Kaki harus tetap melangkah
Perjalanan hidup harus tetap terarah

Dunia ini amat luas, langitpun tiada batas
Sumber alam sangat melimpah
Berbagai kekayaan harus diolah tuntas

Mari kawan,
Galilah ilmu sedalam samudera
Belajarlah terbang setinggi angkasa
Kuasailah dunia
Demi hidup yang penuh berkah

Merak, 21 Maret 2015


PUISI DAUN RANUM

Sepoi angin membawamu jatuh ke tanah,
Pasrah,
Rebah dalam ayunan sang dewi malam yang indah

Kau sehelai daun yang masih ranum
Masih segar bugar kena setetes embun
Ibarat setangkai bunga yang baru kuntum
Kini hijaumu telah terenggut dalam ayun

Indahmu telah usai
Warnamu pudar lemah lunglai
Bersama hempasan ombak dan badai
Tinggallah sebuah catatan yang kau gapai

Bunda Ashofi​
120815


PUISI DAUN LONTAR
Oleh: Jon Harjoliansyah

Gelap pekat jantung kotaku...
Lilin dan lampu minyak memandu pandangnku...
Malam ruang bathinku.

Terbaca adaku yg ada hanya untuku...
Bait tertulis siang tadi...
lembar lembar daun lontar saksiku

Terangkai sudah.
Merah serta putihku, berbagi atau kikirku.
Dan aku, yang tak sempat tertulis demiMU.
Masa tlah menghitung utang piutangku...

Oh, betapa miskinya aku, hatiku, fikirku, perasaanku terlebih nafsuku.
Daun lontar tulisan tanganku...
Menuding permalukanku.
Baca daun mu.
---------


Demikianlah puisi tak selebar daun kelor, baca juga puisi puisi yang lain yang ada di blog ini, semoga puisi tentang daun diatas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.