Puisi Aku Dan Bocah Kecil Autisku
Friday, May 15, 2015
Puisi aku dan bocah kecil autisku. Autis atau Autisme merupakan kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang umumnya kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas. biasanya penderita autisme kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, serta perilaku terbatas, berulang-
ulang dan karakter stereotip.
Aku dan bocah kecil autisku, satu dari empat puisi di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya. antara lain.
Di tengah riuh lalulalang
Jelas senyummu menyapa mereka
Dengan mata tak terkonsentrasi dalam satu fokus saja
Kebon binʌtang wisata ideal
Antara aku dan Anak Autisku
Engkau seperti mencerna
Mengeja tentang apa yang kau rasa
Walau tanpa bicara
Kulihat kau menikmatinya
Ini indah,
Syukurku dalam belai keringat di wajahmu
Yang sedari tadi basah
Basah berdua
Tak lelah dan tak pernah lelah
Kau dan duniamu
Sedang aku mencoba menyelaminya
Ada apa
Aku harus bagaimana
Apa yang aku bisa
Dengan cinta
Dengan kasih
Dengan sayang
Ku bisikkan di sepasang telingamu
Kaupun terdiam sejenak, kemudian asyik berlari
kesana kemari
Aku mengimbangi
Walau kadang ngos-ngosan nafas ini
Maklum aku sudah senja.
Namun ku bahagia bersamamu
Kataku berdiskusi dengan diri sendiri
Tapi sayang, hari itu aku terluka
ketika berpasang-pasang mata
Seperti bersenjʌta belati
Menyerang kami bahkan seperti menelanjangi
Kami terkuliti
Perih sekali
Dan mereka pun sinis, iba dan tak sedikit mencaci
bahkan mengejek sʌdis sekali
Tentang keadaan kami
Tentang Autis ini
Sambil menghindari dan cenderung berbisik
kentara sekali
Mereka bilang anakku gila
Anakku seperti idi0t saja
Lalu kupinggirkan si cantikku
Ku bilang padanya
"Sabar ya, Dik " mereka hanya tak mengerti
Mereka hanya melihat dari satu sisi
Sempurna mereka adalah buta
Dan mulai saat ini aku berjanji
Dengan segala Daya dan Upayaku
Dan dengan doa tertulusku
Semoga Alloh menjadikanmu berarti
Setidaknya berarti untuk dirimu sendiri
Dan dapat menyembuhkan keButaan mata mereka
Terhadap kami
Aku dan Bocah Autisku
Fredi FA
Jkt. 150515
1406.
semua berkumpul
memesan berbagai minuman
tak satupun ada yang berbicara
sibuk dengan sesuatu
yang bernama internet
facebook,instagram dan sebagainya
seakan menjadi sahabat setia
sunyi sekali
seolah mereka sedang sendirian
yang tidak punya sahabat hanya terdiam
menikmati seteguk demi seteguk minuman
tanpa ada interaksi
indahnya dunia ini
yang jauh semakin dekat
dan yang dekat semakin jauh
Puisi Aku Dan Lintang
Sinar kecil di waktu malam
Berkejaran kunang-kunang
Awan bergerak mengambang
Kita berdua merasa kelam
Bunga-bunga menegur waktu silam
Sendiri terlentang bayang
Hingga kau pergi menghilang
Kiranya kau yang kejam
Mungkin lain kali tak gegabah
Berc!nta dalam rupiah
Aku sendiri pasrah
Ku nyatakan saja dalam kata
Hingga mata gelap gulita
Aku tak akan lagi mencinta
Tegal, 6 September 2015.
Puisi Apatis
Aku bukan sampah
Bukan juga kotoran
Yang terserak di kolong kolong
Aku anak matahari
Tumbuh dengan wangian kamboja
Tersapu debu di cakrawala
Terlihat gembala tua murung
Jiwa terkurung
Di bawah lembah padang rumput
Hati tersayat keras kehidupan
Dan aku
Masih berdiri menyaksikan
Panggung dari yang Esa
--------------------
Demikianlah puisi aku dan bocah kecil autisku. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
ulang dan karakter stereotip.
Aku dan bocah kecil autisku, satu dari empat puisi di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya. antara lain.
- Puisi aku dan bocah kecil autisku
- Puisi autis
- Puisi aku dan lintang
- Puisi apatis
PUISI AKU DAN BOCAH KECIL AUTISKU
Berjalan beriringan ayunkan langkahDi tengah riuh lalulalang
Jelas senyummu menyapa mereka
Dengan mata tak terkonsentrasi dalam satu fokus saja
Kebon binʌtang wisata ideal
Antara aku dan Anak Autisku
Engkau seperti mencerna
Mengeja tentang apa yang kau rasa
Walau tanpa bicara
Kulihat kau menikmatinya
Ini indah,
Syukurku dalam belai keringat di wajahmu
Yang sedari tadi basah
Basah berdua
Tak lelah dan tak pernah lelah
Kau dan duniamu
Sedang aku mencoba menyelaminya
Ada apa
Aku harus bagaimana
Apa yang aku bisa
Dengan cinta
Dengan kasih
Dengan sayang
Ku bisikkan di sepasang telingamu
Kaupun terdiam sejenak, kemudian asyik berlari
kesana kemari
Aku mengimbangi
Walau kadang ngos-ngosan nafas ini
Maklum aku sudah senja.
Namun ku bahagia bersamamu
Kataku berdiskusi dengan diri sendiri
Tapi sayang, hari itu aku terluka
ketika berpasang-pasang mata
Seperti bersenjʌta belati
Menyerang kami bahkan seperti menelanjangi
Kami terkuliti
Perih sekali
Dan mereka pun sinis, iba dan tak sedikit mencaci
bahkan mengejek sʌdis sekali
Tentang keadaan kami
Tentang Autis ini
Sambil menghindari dan cenderung berbisik
kentara sekali
Mereka bilang anakku gila
Anakku seperti idi0t saja
Lalu kupinggirkan si cantikku
Ku bilang padanya
"Sabar ya, Dik " mereka hanya tak mengerti
Mereka hanya melihat dari satu sisi
Sempurna mereka adalah buta
Dan mulai saat ini aku berjanji
Dengan segala Daya dan Upayaku
Dan dengan doa tertulusku
Semoga Alloh menjadikanmu berarti
Setidaknya berarti untuk dirimu sendiri
Dan dapat menyembuhkan keButaan mata mereka
Terhadap kami
Aku dan Bocah Autisku
Fredi FA
Jkt. 150515
1406.
PUISI AUTIS
di bawah tenda biru di pinggir jalansemua berkumpul
memesan berbagai minuman
tak satupun ada yang berbicara
sibuk dengan sesuatu
yang bernama internet
facebook,instagram dan sebagainya
seakan menjadi sahabat setia
sunyi sekali
seolah mereka sedang sendirian
yang tidak punya sahabat hanya terdiam
menikmati seteguk demi seteguk minuman
tanpa ada interaksi
indahnya dunia ini
yang jauh semakin dekat
dan yang dekat semakin jauh
Puisi Aku Dan Lintang
Karya : Penyair Kecil
Sinar kecil di waktu malamBerkejaran kunang-kunang
Awan bergerak mengambang
Kita berdua merasa kelam
Bunga-bunga menegur waktu silam
Sendiri terlentang bayang
Hingga kau pergi menghilang
Kiranya kau yang kejam
Mungkin lain kali tak gegabah
Berc!nta dalam rupiah
Aku sendiri pasrah
Ku nyatakan saja dalam kata
Hingga mata gelap gulita
Aku tak akan lagi mencinta
Tegal, 6 September 2015.
Puisi Apatis
Ma'rifatul Islamiyah
Aku bukan sampahBukan juga kotoran
Yang terserak di kolong kolong
Aku anak matahari
Tumbuh dengan wangian kamboja
Tersapu debu di cakrawala
Terlihat gembala tua murung
Jiwa terkurung
Di bawah lembah padang rumput
Hati tersayat keras kehidupan
Dan aku
Masih berdiri menyaksikan
Panggung dari yang Esa
--------------------
Demikianlah puisi aku dan bocah kecil autisku. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.