Puisi Aku Kaum Semata Kaki
Monday, June 29, 2015
Puisi Aku Kaum Semata Kaki. bersolek memutihkan wajah Tubuh renta berjalan mengurangi sampah Perahuku Lengser Jika Semua Terganti Nasibku, Duri-duri terbentang Kelepak layar mengurang Setahun musim kemarau padam.
Pragraf diatas penggalan salah satu bait dari tiga puisi di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
Puisi Aku Kaum Semata Kaki
Jalan-jalan tenggelam nurani
Kaitkan riwayat diri
Gadis manis bersolek memutihkan wajah
Tubuh renta berjalan mengurangi sampah
Jiwa yang musim lalu gugurkan sepadan duri
Berakhir di jalanan kota
Tiada berita, hanya tulang rusuk mengais cinta
Untuk sebungkus nasi dari debu yang berhias daki
Senyum menyinggung
Suara bungkam sepi
Jiwaku terpasung
Di jalanan kota penuh iri hati
Jakarta 29 Juni 2015.
Puisi Perahuku Lengser
Menyisir balik tepi
Tudung api buyarkan sejati diri
Sekulit bayi merah menangis
Lucuti musim kemarau habis
Kincir air berhenti
Tanah retak mengusir
Panen padi terbengkalai
Pucat awal rembulan menyisir
Duri-duri terbentang
Kelepak layar mengurang
Setahun musim kemarau padami
Tidak hujan hanya bayi menangis ingin menyusui
Perahuku sudah lengser
Di dermaga bekukan sutra senja
Meniduri awal rembulan
Aku kira musim telah menenggelamkan sepasang manusia berc!nta
Jakarta 29 Juni 2015.
Puisi Jika Semua Terganti
Biarpun aku terpanggang di ladang gersang orang
Dan tubuhku meninggalkan kerangka
Tapi tidak juga dengan surat yang kau baca
Tetap berjelaga sampai kau tinggal nama
Biarpun raut wajahku berganti
Aku tetaplah menjadi sendiri
Tidak juga dengan kau
Biarpun surat takdir kau padami
Tapi tidak dengan kematian dalam diri
Jakarta 27 Juni 2015.
Demikianlah puisi aku kaum semata kaki. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Pragraf diatas penggalan salah satu bait dari tiga puisi di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
- Puisi aku kaum semata kaki
- Puisi perahuku lengser
- Puisi jika semua terganti
Puisi Aku Kaum Semata Kaki
Penyair Kecil
Jalan-jalan tenggelam nuraniKaitkan riwayat diri
Gadis manis bersolek memutihkan wajah
Tubuh renta berjalan mengurangi sampah
Jiwa yang musim lalu gugurkan sepadan duri
Berakhir di jalanan kota
Tiada berita, hanya tulang rusuk mengais cinta
Untuk sebungkus nasi dari debu yang berhias daki
Senyum menyinggung
Suara bungkam sepi
Jiwaku terpasung
Di jalanan kota penuh iri hati
Jakarta 29 Juni 2015.
Puisi Perahuku Lengser
Penyair Kecil
Menyisir balik tepiTudung api buyarkan sejati diri
Sekulit bayi merah menangis
Lucuti musim kemarau habis
Kincir air berhenti
Tanah retak mengusir
Panen padi terbengkalai
Pucat awal rembulan menyisir
Duri-duri terbentang
Kelepak layar mengurang
Setahun musim kemarau padami
Tidak hujan hanya bayi menangis ingin menyusui
Perahuku sudah lengser
Di dermaga bekukan sutra senja
Meniduri awal rembulan
Aku kira musim telah menenggelamkan sepasang manusia berc!nta
Jakarta 29 Juni 2015.
Puisi Jika Semua Terganti
Penyair Kecil
Biarpun aku terpanggang di ladang gersang orangDan tubuhku meninggalkan kerangka
Tapi tidak juga dengan surat yang kau baca
Tetap berjelaga sampai kau tinggal nama
Biarpun raut wajahku berganti
Aku tetaplah menjadi sendiri
Tidak juga dengan kau
Biarpun surat takdir kau padami
Tapi tidak dengan kematian dalam diri
Jakarta 27 Juni 2015.
Demikianlah puisi aku kaum semata kaki. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.