Skip to main content

Puisi Merujuk Sua | Puisi Perjumpaan

Puisi Merujuk Sua | Puisi Perjumpaan
Puisi merujuk sua. Disini langgit masih biru Temaram lampu pijar menerangi. Hangat kopi menyelinap dalam tawa. Lint!ng kaung daun jagung menyertai Depan mata hasil ladang jadi menu jumpa temanku di desaku.

Pragraf diatas salah satu penggalan bait dari dua puisi tentang sua dikesempatan ini, adapun masingmasing judul puisinya antara lain,
  1. Puisi merujuk sua
  2. Puisi sua
Bagaimana cerita dan makna di balik rangkaian bait bait kedua puisi tersebut, untuk selengkapnya silahkan disimak saja puisinya berikut ini.

PUISI MERUJUK SUA

Disini langgit masih biru..
berhias gemulai dedaunan..
semerbak aroma melati merayu hati..

di sini pernah ada bara tanpa pahangnya..
di sini penuh berbungga yang melupakan harum nya..
ketika mekarnya usai tersiram air mata..

aku adalah kerontang yang menyapa akar dan dahannya..
aku terbuang...

aku bukanlah merak khayangan yang kau ingginkan...
..aku bagai shang gagak di taman dayu mu..
..aku lelah merujuk hadirmu..
aku lelah merayu persua an ini..
màaf..


PUISI SUA
Husain Ismail

Derik dipan dari bambu terasa merdu.
Temaram lampu pijar menerangi.
Hangat kopi menyelinap dalam tawa.
L!nting kaung daun jagung menyertai.

Depan mata hasil ladang jadi menu.
Pesta kecil jumpa temanku di desa.
Akrab rasa kian erat jalin rasa.
Hapus haru rasa rindu yang mengg0da.

Terima kasih sambutanmu teman setia.
Jamuan ini mewah walau sederhana.
Kelak nanti jika nafas masih ada.
Ku kembali bawa kisahku di kota.

Trenggalek,141116, Husain Ismail.
------------


Demikianlah puisi merujuk sua. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.