Puisi serpihan debu
Sunday, August 30, 2015
Puisi serpihan debu Lama sudah rinai di harap, di nanti takjua datang. Karena langit enggan menendang awan. Debu mengabu di jalanan mengemuka, langit melepaskan terik sepanjang hari,hingga bumi menjadi terluka kembali.
Pragraf diatas salah satu penggalan bait dari dari enam puisi bertema serpihan debu di kesempatan ini, sebagaimana pengertian serpihan adalah kepingan atau belahan yang kecil kecil, dan debu adalah serbuk yang halus umnya berasal dari tanah, adapun masing masing judul puisi tentang serpihan dan debu kali ini, diantaranya
PUISI SERPIHAN DEBU
Akhir agustus butiran-butiran debu beterbangan.
Angin musim kemarau ikut mengajak menari di pelataran.
Siapa sangka kedatangannya tidak di undang.
Dia kemari hanya membawa luka mendalam.
Cikupa, 29.08.2015
PUISI SERPIHAN DEBU II
Lama sudah rinai di harap, di nanti takjua datang.
Karena langit enggan menendang awan.
Debu mengabu di jalanan mengemuka.
Terkenang beberapa tahun yang lalu.
Bumi mengemis, menangis meminta-minta.
Tetapi bukan hujan yang datang menghampiri,
Melainkan langit melepaskan terik sepanjang hari,
hingga bumi menjadi terluka kembali.
Sepertinya langit tak lagi memberi ruang kepada bumi.
Debu-debu tak berarti akan kembali mengusik jalanan.
Meminta apa yang seharusnya menjadikan miliknya.
Sehingga bersatu kembali menjadi bumi yang damai.
Dan esok dengan segala moga,
langit memberi hujan harapan menjadi kenyataan.
Cikupa, 31.08.2015
PUISI SERPIHAN PERIH
Syair indah berdengung lirih...
Mendendangkan bait bait bernada perih...
mengiris sendi sendi yang semakin pedih...
Meski tak ada yang tau hatiku terus merintih...
Terus kulalui langkah demi langkah tepian hati...
Menggenggam erat mawar hitam yang berduri...
Menikam hingga kepusat sanubari...
Sungguh rasa ini telah mati...
Aku butuh sayap sayapku...
Sayap sayap yang dulu pernah lindungimu...
Kini patah tanpa kau peduli...
Dan kau biarkan mati sendiri...
Biarlah cinta ini terkubur duka...
Lelahku bertahan menanti keajaiban cinta...
Yang ada hanya sebuah gula gula...
Bertahan demi sebuah penghianatan yang nyata...
Aku tak kuasa sebagai penguasa...
Lemah dan hanya menjadi dayang dayang semata...
Meski kau tau sayangku nyata untukmu...
Biarlah kupergi membawa serpihan hatiku...
(100515)
Puisi Lekat Debu
Debu biarkan mengucap
Lekat di antara keringat
Berpaut dengan pengap
Kau bukan terlaknat
Di bibirmu mengering sendiri
Menyudahi hingga peri tak jua berlari
Hanya kau biarkan semua mencumbu
Lihatlah anakku, ini ibu
Tegal, 1 September 2015.
Siapa yang tahu,
ia akan hinggap dimana
Bertemu siapa
Menjadi apa
Apa yang akan di hadapi
Siapa pemiliknya
Kemana ia akan berlabuh
Kapan ia akan kembali
Apa yang di cari
Berartikah kehadirannya
Kenapa ia ada
Apa yang di harapkan
Sudahkah mendapatkan
Semua penuh tanda tanya
Hidup dan cinta memang seperti debu
Pulo Tiga, Aceh Tamiang
07-02-2016
Demikianlah puisi serpihan debu. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Pragraf diatas salah satu penggalan bait dari dari enam puisi bertema serpihan debu di kesempatan ini, sebagaimana pengertian serpihan adalah kepingan atau belahan yang kecil kecil, dan debu adalah serbuk yang halus umnya berasal dari tanah, adapun masing masing judul puisi tentang serpihan dan debu kali ini, diantaranya
- Puisi serpihan debu
- Puisi serpihan perih
- Puisi serpihan debu II
- Puisi lekat debu
- Puisi seperti debu
PUISI SERPIHAN DEBU
Rony Del Bachty
Akhir agustus butiran-butiran debu beterbangan.Angin musim kemarau ikut mengajak menari di pelataran.
Siapa sangka kedatangannya tidak di undang.
Dia kemari hanya membawa luka mendalam.
Cikupa, 29.08.2015
PUISI SERPIHAN DEBU II
Rony Del Bachty
Lama sudah rinai di harap, di nanti takjua datang.Karena langit enggan menendang awan.
Debu mengabu di jalanan mengemuka.
Terkenang beberapa tahun yang lalu.
Bumi mengemis, menangis meminta-minta.
Tetapi bukan hujan yang datang menghampiri,
Melainkan langit melepaskan terik sepanjang hari,
hingga bumi menjadi terluka kembali.
Sepertinya langit tak lagi memberi ruang kepada bumi.
Debu-debu tak berarti akan kembali mengusik jalanan.
Meminta apa yang seharusnya menjadikan miliknya.
Sehingga bersatu kembali menjadi bumi yang damai.
Dan esok dengan segala moga,
langit memberi hujan harapan menjadi kenyataan.
Cikupa, 31.08.2015
PUISI SERPIHAN PERIH
Karya : Lufty
Syair indah berdengung lirih...Mendendangkan bait bait bernada perih...
mengiris sendi sendi yang semakin pedih...
Meski tak ada yang tau hatiku terus merintih...
Terus kulalui langkah demi langkah tepian hati...
Menggenggam erat mawar hitam yang berduri...
Menikam hingga kepusat sanubari...
Sungguh rasa ini telah mati...
Aku butuh sayap sayapku...
Sayap sayap yang dulu pernah lindungimu...
Kini patah tanpa kau peduli...
Dan kau biarkan mati sendiri...
Biarlah cinta ini terkubur duka...
Lelahku bertahan menanti keajaiban cinta...
Yang ada hanya sebuah gula gula...
Bertahan demi sebuah penghianatan yang nyata...
Aku tak kuasa sebagai penguasa...
Lemah dan hanya menjadi dayang dayang semata...
Meski kau tau sayangku nyata untukmu...
Biarlah kupergi membawa serpihan hatiku...
(100515)
Puisi Lekat Debu
Karya : Penyair Kecil
Debu biarkan mengucapLekat di antara keringat
Berpaut dengan pengap
Kau bukan terlaknat
Di bibirmu mengering sendiri
Menyudahi hingga peri tak jua berlari
Hanya kau biarkan semua mencumbu
Lihatlah anakku, ini ibu
Tegal, 1 September 2015.
PUISI SEPERTI DEBU
Seperti debu...Siapa yang tahu,
ia akan hinggap dimana
Bertemu siapa
Menjadi apa
Apa yang akan di hadapi
Siapa pemiliknya
Kemana ia akan berlabuh
Kapan ia akan kembali
Apa yang di cari
Berartikah kehadirannya
Kenapa ia ada
Apa yang di harapkan
Sudahkah mendapatkan
Semua penuh tanda tanya
Hidup dan cinta memang seperti debu
Pulo Tiga, Aceh Tamiang
07-02-2016
Demikianlah puisi serpihan debu. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.