Puisi Riau Berasap | Puisi Tentang Kebakaran Hutan
Wednesday, September 16, 2015
Puisi riau berasap Jangan berharap pada gerimis penikmat jalanan Sebuah tempat subur sunyi untuk kau rebus demi dahagamu Hitam dan putih membelah hutan,Seonggok dosa dan doa mencekam Sesudah kau membarakan jantung Sepetak tanahmu menjadi asap lenyap di udara begitu saja.
Pragraf diatas salah satu penggalan bait dari dua puisi di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
PUISI RIAU BERASAP
Sesak kepulan malam tak berkawan
pencari sunyi berteman aroma asap pembakaran hutan
Kota Pekanbaru, berapakah malam yang kau pinta
Untuk memaksa sesak udara
Tiga bulan tiada hujan yang turun adalah penyeduh ilusi
Hai para tikus penumpuk kekayaan diri
Berapakah sunyi yang kau rupakan?
Jangan berharap pada gerimis penikmat jalanan
Sebuah tempat subur sunyi untuk kau rebus demi dahagamu
Hitam dan putih membelah hutan Riau
Berderet tebal halaman buku
Harus menumpuk di atas rak-rak meja kerjamu
Belum sempat menguliti isi dari isi kacang
Seonggok dosa dan doa mencekam
Sesudah kau membarakan jantung
Sepetak tanahmu menjadi asap lenyap di udara begitu saja
Kamu kumandangkan larik-larik resah dan bungah
"Tenang saja asap belum masuk istana"
Lalu kau kipas dengan dengan sejuknya
Dengan selembar rupiah
Lalu pada siapa kami akan dan meminangnya kesejukan seperti sedia kala
KEDIRI, 16 September 2015
Hutan yang ditempati bertarung melawan api
Angin dan panas bersatu jadi sekutu kita wajib bertanya,
Siapakah pemantik api?
Televisi hanya meramalkan asap
Wajah-wajah sayu tak kedip memandang,beku dalam lipatan layar dan bungkam menyerupai tombol-tombol
Remote
Serangga dan manusia
Sama-sama mencari juru selamat mungkin dalam pesawat yang terlambat atau
Abu yang telah ditinggalkan harapan
Sezarah abu berubah air mata
Kota mengasap.Desa-desa terhisap
Yogyakarta,2015
Demikianlah puisi riau berasap baca juga puisi puisi yang lain yang ada di blog ini, semoga menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Pragraf diatas salah satu penggalan bait dari dua puisi di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
- Puisi Riau berasap
- Puisi pembakaran
PUISI RIAU BERASAP
Karya selly hertanto
Sesak kepulan malam tak berkawanpencari sunyi berteman aroma asap pembakaran hutan
Kota Pekanbaru, berapakah malam yang kau pinta
Untuk memaksa sesak udara
Tiga bulan tiada hujan yang turun adalah penyeduh ilusi
Hai para tikus penumpuk kekayaan diri
Berapakah sunyi yang kau rupakan?
Jangan berharap pada gerimis penikmat jalanan
Sebuah tempat subur sunyi untuk kau rebus demi dahagamu
Hitam dan putih membelah hutan Riau
Berderet tebal halaman buku
Harus menumpuk di atas rak-rak meja kerjamu
Belum sempat menguliti isi dari isi kacang
Seonggok dosa dan doa mencekam
Sesudah kau membarakan jantung
Sepetak tanahmu menjadi asap lenyap di udara begitu saja
Kamu kumandangkan larik-larik resah dan bungah
"Tenang saja asap belum masuk istana"
Lalu kau kipas dengan dengan sejuknya
Dengan selembar rupiah
Lalu pada siapa kami akan dan meminangnya kesejukan seperti sedia kala
KEDIRI, 16 September 2015
PUISI PEMBAKARAN
Hewan melata terperangkap gelisah dan ketakutan.Hutan yang ditempati bertarung melawan api
Angin dan panas bersatu jadi sekutu kita wajib bertanya,
Siapakah pemantik api?
Televisi hanya meramalkan asap
Wajah-wajah sayu tak kedip memandang,beku dalam lipatan layar dan bungkam menyerupai tombol-tombol
Remote
Serangga dan manusia
Sama-sama mencari juru selamat mungkin dalam pesawat yang terlambat atau
Abu yang telah ditinggalkan harapan
Sezarah abu berubah air mata
Kota mengasap.Desa-desa terhisap
Yogyakarta,2015
Demikianlah puisi riau berasap baca juga puisi puisi yang lain yang ada di blog ini, semoga menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.