KUMPULAN PUISI PILKADA
Wednesday, December 09, 2015
Kumpulan puisi pilkada. Pemilihan umum kepala daerah serta wakil kepala daerah, atau juga disebut pilkada atau pemilukada. Jadi pengertian Pilkada atau Pemilukada adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah serta Wakil kepala daerah yang dilaksanakan secara langsung di Indonesia oleh penduduk wilayah setempat yg memenuhi syarat-syarat tertentu.
Sebelum adanya pilkada atau pemilukada, kepala daerah serta wakil kepala daerah dipilih oleh dewan perwakilan rakyat daerah di masing-masing daerah di Indonesia.
Dan dasar hukum penyelenggaraan pilkada ialah Undang- Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. didalam undang- undang tersebut, pilkada belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Dan pilkada pertama yang kali diselenggarakan adalah pada bulan Juni 2005.
Berkaitan dengan kata pilkada, dibawah ini puisi berjudul pilkada, bagaimana puisinya silahkan disimak saja berikut ini.
PUISI PILKADA
harapanku terkubur di tanah gersang
di kala semilir angin tak menghembus lagi
entah apa salahkau dengan janji-janji palsu
...kulontarkan di pemilu yang lalu
namaku tak tertusuk membuat gʌmbarku busuk
papan iklʌn pun ikut berdialog
mengapa di kau tak disenangi rakyatmu
sementara gambʌrmu terpampang di kanvas tak bermutu
apa salahmu?
jika di kau senyum pada mereka yang tertipu
gʌmbarmu tak akan menjadi bangkai busuk
mereka akan memujimu
tapi apa mau dibilang
aku hanya menuturkan rasa hormatku
karena aku salah seorang penggemarmu
aku pun tak akan memilih di kau
siapa tahu
aku bakal tertipu dengan bujuk rayu
jika namamu berubah menjadi bunga harum
sementara aku tak akan dapat memetikmu
karena aromamu menghempaskan harapanku
itulah cetusan hatiku pada pilkada di negerimu
maafkan aku....
sm/09/12/2015@siamir
pada cita yang tercetak
kupinang kau, cinta
besok pada saatnya tiba
bismillah nurani mulai bicara
kata hati sepertinya membaca
apa yang dirindu
apa yang kucinta dari sosokmu, pujaanku
lalu gambar peta program seperti cahaya
di ujung sana terduduk asa
seberapa niatkah kita tuk mengecupnya
besok pilkada kan kutusuk di dada
pada paku runcing menyala
kusematkan bara-bara
agar degup kita adalah sama
tak ada lagi kecewa
tak tumpah lagi airmata
tak ruah sumpah serapah
sebab hujat biasanya datang bersama kelebat sabung halilintar yang mengiringi hujan
lalu genang diartikan biasa melanda jalanan ibukota
besok pilkada
mari berci*ta
dengan pasangan kita
walau pun berbeda
kau memilih dia
aku memilih yang lainnya
atas nama cinta
tersenyumlah, bersapa
Fredi FA
Jakarta, 180417
PUISI PILKADA(L)
Potret-potret wajah, menusuk mata dan mengecoh nalar.
Terpajang di mana-mana.
Wajah-wajah begawan.
Rupawan.
Menawan.
"Tak letihkah kalian memakai topeng?"
Jiwa-jiwa malam yang tak lagi mengenal gelapnya.
Mungkin karena sudah terbiasa dengan lezatnya kegelapan.
Kotak-kotak yang beku.
Dan mulut-mulut berliur.
Itu sudah tabiat para serigala.
Seenaknya saja, mengebiri garis-garis batasan.
Terbuka tetap juga bermain mata.
Apalagi tertutup?
Lalu siapakah yang mereka takuti.
Bila jantung mereka saja sudah di penuhi belatung?
Lihatlah, mereka membuka topeng mereka tanpa sadar.
Menampar wajah mereka tanpa malu.
Menginjak harkat mereka dengan bangga.
Kawanan mereka semakin besar menguat dan menempel seperti benalu, di pokok-pokok kehidupan.
Mengisap, menyedot, memamah, menggerogoti.
Kronis.
Bengis.
Dan sadis.
Anak-anak impian tak lagi berbaju.
Telʌnjang
Kejang
Meradang.
Perut kempes.
Kosong.
Ompong.
Melompong.
Otak bebal.
Kebal.
Membal.
Terpental.
Lalu, bagaimana lagi aku bisa memilih?
Aku lebih suka duduk di sini.
Berkawankan cahaya yang masih tersisa.
Biar ku rajut merah putihku kembali.
Essensi akar rumput penawar gundah.
"Aku tak mau kehilangan indahnya irama jantungku."
---------------
Demikianlah kumpulan puisi pilkada. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi suara anak negeri. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Sebelum adanya pilkada atau pemilukada, kepala daerah serta wakil kepala daerah dipilih oleh dewan perwakilan rakyat daerah di masing-masing daerah di Indonesia.
Dan dasar hukum penyelenggaraan pilkada ialah Undang- Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. didalam undang- undang tersebut, pilkada belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Dan pilkada pertama yang kali diselenggarakan adalah pada bulan Juni 2005.
Berkaitan dengan kata pilkada, dibawah ini puisi berjudul pilkada, bagaimana puisinya silahkan disimak saja berikut ini.
PUISI PILKADA
Oleh :siamir marulafau
harapanku terkubur di tanah gersangdi kala semilir angin tak menghembus lagi
entah apa salahkau dengan janji-janji palsu
...kulontarkan di pemilu yang lalu
namaku tak tertusuk membuat gʌmbarku busuk
papan iklʌn pun ikut berdialog
mengapa di kau tak disenangi rakyatmu
sementara gambʌrmu terpampang di kanvas tak bermutu
apa salahmu?
jika di kau senyum pada mereka yang tertipu
gʌmbarmu tak akan menjadi bangkai busuk
mereka akan memujimu
tapi apa mau dibilang
aku hanya menuturkan rasa hormatku
karena aku salah seorang penggemarmu
aku pun tak akan memilih di kau
siapa tahu
aku bakal tertipu dengan bujuk rayu
jika namamu berubah menjadi bunga harum
sementara aku tak akan dapat memetikmu
karena aromamu menghempaskan harapanku
itulah cetusan hatiku pada pilkada di negerimu
maafkan aku....
sm/09/12/2015@siamir
PUISI BESOK PILKADA
pada kaki yang berjejakpada cita yang tercetak
kupinang kau, cinta
besok pada saatnya tiba
bismillah nurani mulai bicara
kata hati sepertinya membaca
apa yang dirindu
apa yang kucinta dari sosokmu, pujaanku
lalu gambar peta program seperti cahaya
di ujung sana terduduk asa
seberapa niatkah kita tuk mengecupnya
besok pilkada kan kutusuk di dada
pada paku runcing menyala
kusematkan bara-bara
agar degup kita adalah sama
tak ada lagi kecewa
tak tumpah lagi airmata
tak ruah sumpah serapah
sebab hujat biasanya datang bersama kelebat sabung halilintar yang mengiringi hujan
lalu genang diartikan biasa melanda jalanan ibukota
besok pilkada
mari berci*ta
dengan pasangan kita
walau pun berbeda
kau memilih dia
aku memilih yang lainnya
atas nama cinta
tersenyumlah, bersapa
Fredi FA
Jakarta, 180417
PUISI PILKADA(L)
Karya: Tika Fideska
Potret-potret wajah, menusuk mata dan mengecoh nalar.Terpajang di mana-mana.
Wajah-wajah begawan.
Rupawan.
Menawan.
"Tak letihkah kalian memakai topeng?"
Jiwa-jiwa malam yang tak lagi mengenal gelapnya.
Mungkin karena sudah terbiasa dengan lezatnya kegelapan.
Kotak-kotak yang beku.
Dan mulut-mulut berliur.
Itu sudah tabiat para serigala.
Seenaknya saja, mengebiri garis-garis batasan.
Terbuka tetap juga bermain mata.
Apalagi tertutup?
Lalu siapakah yang mereka takuti.
Bila jantung mereka saja sudah di penuhi belatung?
Lihatlah, mereka membuka topeng mereka tanpa sadar.
Menampar wajah mereka tanpa malu.
Menginjak harkat mereka dengan bangga.
Kawanan mereka semakin besar menguat dan menempel seperti benalu, di pokok-pokok kehidupan.
Mengisap, menyedot, memamah, menggerogoti.
Kronis.
Bengis.
Dan sadis.
Anak-anak impian tak lagi berbaju.
Telʌnjang
Kejang
Meradang.
Perut kempes.
Kosong.
Ompong.
Melompong.
Otak bebal.
Kebal.
Membal.
Terpental.
Lalu, bagaimana lagi aku bisa memilih?
Aku lebih suka duduk di sini.
Berkawankan cahaya yang masih tersisa.
Biar ku rajut merah putihku kembali.
Essensi akar rumput penawar gundah.
"Aku tak mau kehilangan indahnya irama jantungku."
---------------
Demikianlah kumpulan puisi pilkada. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi suara anak negeri. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.