Puisi Noktah Marah
Thursday, March 10, 2016
Puisi Noktah marah. Biarpun cakrawala telah merah menghampar, akan tetap ku tulis kata-kata satunya jiwa.Walau hujan menggenangi persada, akan ku arung dengan sepenuh dada. salah satu pengggalan bait dari kedua puisi yang diupdate untuk pembaca blog puisi dan kata bijak, karya dari seorang bernama pena Angin malam , adapun masing masing judu dari dua puisi tersebuta antara lain.
Ngilu pembulu berhulu lalu
Gurat mengerat jerat kelebat
Gelisah basah resah terpisah
Terkurung sarung biung melengkung
Makna pena durjana merana
Kelebat bebat kuat terhebat
Asa merasa siksa bernuansa
Kata nista derita cerita
Pedih mendidih berperih sedih
Urung bergaung berkurung buntung
Misteri diri terpatri sendiri
07032016
Angin Malam
MARAH :
Biarpun cakrawala telah merah menghampar, akan tetap ku tulis kata-kata satunya jiwa.
Walau hujan menggenangi persada, akan ku arung dengan sepenuh dada.
Badai prahara, perangnya laskar-laskar berwajah hitam bertubuh durjana.
Mempermainkan kematian sebagai darma, hidup bertumpu pada letusan akhirnya nyawa. Dan darah sebagai upeti acara persajian, yang mendulang keperkasaan diri yang kerempeng.
Aku insan, pemakna nuansa. Akan menantang racunnya gelap pemusnah taring neraka, yang akan gagal dengan harga terendah di depan kaum putih. Menghapuskan cakar-cakar iblis bermulut kotor yang haus dahaga nista.
Jatuh dan terkaparlah, dalam buai-buai permadani gumpalan cacing, perajut iri dan dengki. Hingga menjadi terhina dalam lumpur selokan yang berbau kotoran sesat.
Langit-langit masih menjingga esok dan esok hari, namun angkara murka berwajah bengis bernyali pecundang, tetap hanya akan sebutir nasi.
"Aku dan mataku"
Demikianlah puisiNoktah, marah . Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya, bila menurut anda menarik... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
- Puisi noktah
- Puisi marah
Puisi Noktah
Serapah tumpah berpapah sampahNgilu pembulu berhulu lalu
Gurat mengerat jerat kelebat
Gelisah basah resah terpisah
Terkurung sarung biung melengkung
Makna pena durjana merana
Kelebat bebat kuat terhebat
Asa merasa siksa bernuansa
Kata nista derita cerita
Pedih mendidih berperih sedih
Urung bergaung berkurung buntung
Misteri diri terpatri sendiri
07032016
Angin Malam
MARAH :
Kapten Vj
Biarpun cakrawala telah merah menghampar, akan tetap ku tulis kata-kata satunya jiwa.Walau hujan menggenangi persada, akan ku arung dengan sepenuh dada.
Badai prahara, perangnya laskar-laskar berwajah hitam bertubuh durjana.
Mempermainkan kematian sebagai darma, hidup bertumpu pada letusan akhirnya nyawa. Dan darah sebagai upeti acara persajian, yang mendulang keperkasaan diri yang kerempeng.
Aku insan, pemakna nuansa. Akan menantang racunnya gelap pemusnah taring neraka, yang akan gagal dengan harga terendah di depan kaum putih. Menghapuskan cakar-cakar iblis bermulut kotor yang haus dahaga nista.
Jatuh dan terkaparlah, dalam buai-buai permadani gumpalan cacing, perajut iri dan dengki. Hingga menjadi terhina dalam lumpur selokan yang berbau kotoran sesat.
Langit-langit masih menjingga esok dan esok hari, namun angkara murka berwajah bengis bernyali pecundang, tetap hanya akan sebutir nasi.
"Aku dan mataku"
Demikianlah puisiNoktah, marah . Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya, bila menurut anda menarik... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.