Puisi Kataku Pada Ibu | Puisi Campuran
Wednesday, October 26, 2016
Puisi dan kata bijak, puisi kataku pada ibu. seorang ibu merupakan sosok yang sangat penting bagi seorang anak. Bagaimana tidak, ibulah yg selama sembilan bulan mengandung anaknya.
Membawa anaknya yg masih berada didalam perutnya kemana pun ia pergi. ia pun tetap melakukan pekerjaan seharihari tanpa mengenal lelah. Tanpa mengeluh bahwa ada beban lainnya yg harus beliau bawa selama sembilan bulan tersebut.
Setelah Sembilan bulan, dia pun masih wajib mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya. dengan segenap kekuatan yg beliau punya, dia menahan rasa sakit yg ia rasakan demi melahirkan anak tercintanya,
sebab seorang ibu percaya bahwa tangisan anaknya yg akan ia dengar saat anak lahir akan menghilangkan segala rasa sakit yg dia rasakan selama menlahirkan anaknya.
Berkaitan dengan kata tentang ibu, salah satu dari puisi campuran yang dipublikasikan di kesempatan kali ini, bertema ibu, adapun masing masing judul puisinya antara lain:
- Puisi geraham gemelatuk
- Puisi kataku pada ibu
Salah satu penggalan bait dari kedua puisi tersebut. "Bangkai itu harus terkubur Agar telapak bebas dari busuk tertabur Tapi topeng terlalu tebal membusur Tebar ranjau sana sini Tapi enggak mempan Yang ada hanya sakit".
Puisi Campuran
Bagaimana cerita puisi dan kata kata puisi dalam bait puisi yang dipublikasikan puisi dan kata bijak, selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini.
PUISI KATAKU PADA IBU
Ijinkan aku menepuk dada
Sekali ini saja
Tanpa membusung
Tanpa mendongak
Sebab telaga di mata hampir meretas
Hal yang ibu benci dan saya tak suka
Boleh kan....
Karena jalan kini tiada berkelok
Kemarin dia mencari jalan lurus
Tapi mencintai curam
Bilangnya itu pintasan
Wah terjungkir
Maunya dia bangkit lagi
Tebar ranjau sana sini
Tapi enggak mempan
Yang ada hanya sakit
Kenapa....
Jalanku tidak salah kan bu
Meskipun tidak selalu benar
Tapi ku tahu lebih putih darinya
Esti
Praya, 26~10~2016
PUISI GERAHAM YANG GEMELETUK
Masih saja angin membawa kabar tiada gembira
Meniup perlahan dengan uap membara
Selayaknya gulita malam yang di benci senja
Ataupun air yang bermusuhan dengan api dunia
Bangkai itu harus terkubur
Agar telapak bebas dari busuk tertabur
Tapi topeng terlalu tebal membusur
Hingga tiada celah buat memantul susur
Tinggallah busung penuhi rongga
Menggemuruh dalam badai sunyi mendo'a
Mengayun ejaan puing puing kaca
Siap dengan gerigi setajam sembilu luka
Ada yang tak pernah tertidur
Merangkul kasih bersulam lumpur
Membelai jiwa jauhi kufur
Melangkah tegar meski pernah tersungkur
Esti
Praya, 24-10-2016
Demikianlah puisi kataku pada ibu. Simak/baca juga puisi puisi yang lain Ibu Esti di blog ini. Semoga puisinya di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.