Puisi Di Sudut Ujung Negeri | Puisi Kritik Sosial Politik
Sunday, December 25, 2016
Puisi dan kata bijak, puisi di sudut ujung negeri. Pengertian negeri menurut kemendikbud. Negeri berarti ‘kota, tanah tempat tinggal, wilayah atau sekumpulan kampung (distrik) di bawah kekuasaan seorang penghulu (seperti di Minangkabau)
Jadi di sudut ujung negeri, jika mengacu pada pengertian kata negeri diatas, dan memaknai bait bait puisinya, dapat di simpulkan peristiwa di sudut kota. atau kejadian yang membekas di hati penulis puisinya. begitulah kira kira.
Ada dua puisi kritik yang dipublikasikan puisi dan kata bijak kali ini, puisi yang kedua sudah di ulas dengan singkat di atas adapun judul antara lain.
- Puisi Mengupas Emosi Rakyat.
Puisi ini bercerita tentang keadaan negeri dengan prilaku para politikus, yang seakan hanya mementingkan urusan pribadinya tanpa memikir nasib rakyat. - Puisi di sudut ujung Negeri.
puisinya uda di dengan singkat diatas
Salah satu bait dari pusi yang pertama. "Politik yang menderu terus menerus rakyat di pulau terpencil menderita dari demokrasi dan parpol entah berapa puluh membuat rakyat negeri semakin merusuh menghasut mengupas emosi rakyat yang tersudut"
Puisi Kritik Sosial Politik
Bagaimana cerita puisi kritikan dan kata kata kritik sosial dalam bait puisi tentang kritik yang dipublikasikan puisi dan kata bijak, untuk lebih jelasnya disimak saja puisinya berikut ini.
PUISI DI SUDUT UJUNG NEGERI
Bagus Febi
Untuk lompatan, kita di sini
Di sudut ujung negeri
Bersama kita tertawa
Untuk pencarian bersama
Lihat, simpul di bibir ini.
Apakah ini terjemahan hati?
Dengar, jantung puisi ini.
Berdetak selaras harmoni alam.
Mengalun mengiringi karya surga yang tampak di setiap sudut keindahannya.
Terima kasih kawan
Atas keping waktu bersama
Puisi Mengupas Emosi Rakyat
Attahiyatul Javden Demdan
Saat ini negeriku sedang berkelut
Menggeluti cakap yang menghasut
Mengupas emosi rakyat yang tersudut
Disini pᥱrmainan adu domba mengacʋng
Mengciptakan teka-teki melintang.
Ditengah sulitnya kehidupan mereka di pulau terpencil,
Sementara tuan puan di kota itu mulai merogoh hasil,
Dari para anggota berdasi kancil.
Di sana didesaku yang bebatuan kata mereka,
Masih saja menggelap karena malam tanpa cahaya,
Di sana di desaku yang sepi,
Kadang pendapat rakyat sehari pun tak sampai,
Namun di kota itu tuan puan bahkan selalu hidup santai,
Di sana di desaku yang perpencil
Kadang mencari sesuap nasi sehari pun mereka tak dapatkan,
Sementara tuan puan sedang berbagi pendapatan,
Sadarkah mereka?
Mereka mengurus politik yang menderu terus menerus,
Tapi rakyat di pulau terpencil menderita terus-menerus,
Dari demokrasi dan parpol yang entah berapa puluh,
Yang membuat rakyat negeri semakin merusuh,
Bukan soal berita agar terkenal.
Tapi,soal rakyat yang tidur tanpa bantal,
Sadarkah mereka?
Di sana rakyat memasuki ladang menjaga hama,
Di kota para tuan puan memasuki berita dengan bangga,
Mengklarifikasi tanpa batas,
Tapi cakapnya tak tahu batas.
07/12/2016
Demikianlah puisi di sudut ujung negeri. Simak/baca juga puisi yang lain di blog ini, semoga puisinya dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.