Kumpulan Puisi Prosa | Wajah Rembulan
Wednesday, March 15, 2017
Kumpulan puisi Prosa | wajah rembulan. Seperti di ketahui rembulan adalah nama bulan yang lain, kata rembulan sering kita temui seperti rembulan malam,rembulan bersinar lagi dan lain lain.
Mungkin ada yang bertanya apa sih arti rembulan, arti rembulan sebenarnya adalah bulan, akan tetapi jika menyebut kata rembulan pada hal hal tertentu artinya mempunyai makna yang indah
Jadi kata rembulan sebutan bervariasi untuk bulan yang berkaitan dengan hal hal yang indah seperti tentang cantik dan lain sebagainya.
Ketika hanya menyebut bulan pada sesuatu yang yang dianggap indah, serasa janggal.
Jadi kata rembulan adalah kata kiasan atau kata perumpamaan saja, namun sesungguhnya rembulan adalah bulan.
Mungkin begitulah sekilas tentang rembulan yang merupakan salah satu judul puisi prosa dari lima puisi prosa yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak.
Dan berikut ini adalah daftar judul kumpulan puisi prosa tema campuran karya Dewi Rose di terbitkan puisibijak.com diantaranya:
- Prosa mati rasa
- Prosa mimpi
- Prosa wajah rembulan
- Prosa bulan separuh
- Prosa rindu membeku
Lima judul puisi prosa yang menceritakan berbagai hal seperti ada masing masing judulnya.
Kumpulan Puisi prosa Tema campuran
Bagaimana cerita dan makna di balik kelima prosa yang dipublikasikan puisi dan kata bijak.
Agar lebih jelas, silahkan disimak saja di bawah ini, di mulai dari prosa wajah rembulan.
Prosa Wajah Rembulan
Hai ... masihkah kau ingat kisah semalam? Saat purnama menjadi saksi kerinduan yang kau biaskan dalam kalbu ini? Merona merah hingga kini mewarnai wajahku.
Sekarang kita dapatkan kehangatan sinar mentari di pagi ini. Walau sederet awan mendung terlihat samar di cakrawala.
Pagi ini tak hanya melati yang merekah di taman. Namun ... tumbuh juga dalam hati ini, indah. Apakah ada rasa yang sama menghiasi relung kalbumu di sana? Andaikan kisah kita semalam menjadi nyata. Tak hanya angin yang terpesona, bahkan rembulan pun ikut menjamah tubuhku. Karena sentuhan rindu yang terurai bersama angin malam tadi. Aah ... indah, terasa sangat indah.
Kini ... tak hanya rasa yang kian terbentang nyata, namun asa ini mulai kau gantung pada kisah kita.
Dan ... pagi ini ingin kunikmati kembali wajah rembulan bersama dirimu. Agar semakin liar menjamahi rindu yang bertaburan dalam relung kalbu.
Adakah kau rasakan kerinduan yang tak pernah surut? Walau teriknya mentari tak dapat memuaikan semua rasa yang telah kau berikan.
Untukmu ... ingin kujamahi wajah rembulan malam ini bersamamu kembali ... selamanya. Dalam jalinan kasih yang abadi, Aamiin.
DR.
Bkz, 12.03.17 08:33
Prosa Mati Rasa
Tak ingin kutuliskan namamu lagi. Tak ingin kupuitiskan aksara-aksara indah yang selalu bersemayam dalam diri. Tak ingin kuberlabuh dalam pusaran cinta yang terlalu sulit. Hingga melilitkan semua angan yang tertunda. Biarlah kumengalah.
Malam yang berlukiskan gelap, hingga indahnya kian mencekam. Beraromakan dusta yang mendalam. Pada belaian semu yang kian hilang. Ada rasa yang terlalu setia pada diri. Kesunyian ini semakin nyata. Mendendangkan sebuah lagu dalam khayal, lambungkan ilusi yang tak pernah nyata.
Di relung hati yang paling dalam. Luka ini masih berdarah dan kian memerah meredam tanya. Sedangkan rasa itu ... ingin kutepis selamanya. Semakin memudar dan menghilang. Lelahku mencari arti makna cinta. Yang tak pernah kutemui indahnya lagi. Biarlah semua mati rasa. Terkubur dalam sebuah dilema. Aku tak ingin mengingatnya kembali ...
Dilema ini, kian tak bertuan
DR.
Bkz, 06.03.17 21:41
Prosa Mimpi
Kabut ini masih terasa hitam. Walau tipis namun pekatnya menghalangi pandangan. Seolah netra tak mau berkedip, terhalang riak air mata yang mulai menganak sungai. Pagi ini benar-benar bangkitkan rasa gigil yang mendalam. Setelah hujan mengguyur bumi begitu indahnya. Namun ... tiada seindah mimpi yang semalam.
Mimpi? Ah ... tak ingin lagi kubermimpi. Kisah ini sudah tersimpan, dalam memori usang masa lalu. Biarlah kini kesunyian menjadi teman setiaku kembali. Tak ingin kumelangkah bersama dengan yang lain.
Andaikan saja waktu dapat kuputar kembali ... akan kuberikan rasa ini pada sepotong hati yang setia menanti. Tapi ... itu semua hanya semu. Serupa kenangan di masa lalu.
Tak ingin kurangkai aksara dalam wujud asmara kembali. Biarlah puisiku bernyanyi tentang kesedihan. Dimana kesunyian adalah teman yang setia dan dapat menghapus semua luka.
Pagi ini ... kuberharap mentari tersenyum cerah. Agar dapat menjemput impianku malam ini.
Andaikan mimpi itu kembali bersanding ...
DR.
Bkz, 07.03.17 05:55
Prosa Bulan Separuh
Tak ingin kumelepasmu duhai rembulan malam. Yang memberikan keindahan pada malam-malam yang sunyi. Yang telah jamahi rindu di kalbu hingga bunga-bunga cinta pun bermekaran. Entah sampai kapan rasa ini hadir menyapa. Sedangkan rembulan malam hanya memelukku sekejap saja.
Dan ...
Seperti alunan nada lagu yang kau nyanyikan semalam. Duhai bulan separuh ... seperti itulah gambaran cinta yang kau berikan. Tak sepenuhnya utuh dan segera menghilang seperti kehadiran rembulan malam. Semakin berkurang dan berkurang setelah purnama.
Akankah kesunyian masih setia? Bermain di antara duka-duka yang telah lama bersemayam? Ataukah menghilang bersama purnama yang kian menipis. Hingga bulan menjadi separuh dan pergi untuk kembali.
Jika memang jamahan rindu yang kau cipta hanya sebatas pandangan rembulan. Izinkan aku menjauh dan berlari. Hingga suatu saat lelah diri bersandar pada pelabuhan terakhir. Di antara dermaga cinta yang berjajar menanti.
Padamu yang kupanggil rindu ... Padamu yang kupanggil cinta ...
Tiada jemu menantikan setiap hadirnya purnama dan berharap agar cinta ini menyatu.
Akulah bulan separuhmu ... Sebagai gambaran cintamu ...
DR.
Bkz, 12.03.17 14:14
Prosa Rindu Membeku
Denting suara rinai hujan berkumandang di antara rimbun dedaunan. Seakan tak pernah lelah, hujan senja ini masih setia. Mentari tersenyum simpul menuju ke peraduan. Sedangkan sepotong hati masih menantikan malam.
Adakah bintang 'kan berkerlip indah menemani? Ataukah rembulan malam yang masih setia terhalang mendung? Namun ... aku masih menantikan waktu indah bersamamu ... malam.
Perlahan ... awan pekat kian berarak memenuhi cakrawala. Seakan tak ingin beranjak dari kesedihan yang melanda, jiwa kian melara. Tergerus guyuran rinai hujan yang kian menderas. Dingin ini, buncahkan kembali kerinduan tentangmu ... ya semua masih tentangmu.
Ada kamu, aku, hujan dan malam. Yang selalu setia temani lena di penghujung pagi. Hingga ... tak kubiarkan aroma asmara melebur seketika. Agar harumnya selalu warnai kisah yang masih terukir indah. Semoga kian menjadi nyata.
Namun ...
Mengapa senja ini berbeda? Tak kurasakan debaran cinta yang telah menentramkan hati. Seakan langkahku terhenti seketika. Apakah hujan senja ini menghayutkan getaran yang mengalir di setiap tetes darah? Hingga mengalir ke dalam kalbu? Dan membekukan rinduku?
Adakah mentari 'kan menemaniku malam ini, Hingga mencairkan rinduku yang membeku
Untukmu ... Hadirmu masih kunantikan penuhi ruang hatiku
Dan ... Damaikan setiap langkah hidupku ... bersamamu
Aamiin
DR.
Bkz, 14.03.17 16:46
Demikianlah prosa wajah rembulan serat empat prosa yang lain,simak/ baca juga prosa atau puisi yang ada di blog, semoga prosa diatas dapat menghibur dan bermanfaat, terimak kasih sudah berkunjung.