#Sekumpulan puisi sedih tentang akhir zaman
Thursday, July 27, 2023
Puisibijak.com - Berikut daftar puisi panjang dalam kumpulan puisi sedih tentang akhir zaman.
Puisi sedih akhir zaman mencerminkan perasaan keprihatinan dan kesedihan terhadap kondisi dunia menjelang akhir zaman.
Dalam kumpulan puisi sedih tentang akhir zaman dipublikasikan blog puisi dan kata bijak ini, berisi puisi Islami akhir zaman yang menyentuh tema-tema seperti kehancuran lingkungan, ketidakpedulian terhadap sesama, kerusuhan, atau kekacauan sosial yang melanda dunia.
Tema puisi tentang hari akhir zaman ini juga menyoroti kehilangan harapan, kecemasan, dan perasaan sedih di tengah kerumitan zaman yang semakin gelap.
Melalui kata-kata renungan yang mendalam, puisi sedih panjang tentang akhir zaman ini menggambarkan suasana yang menyedihkan dan menyayat hati serta keprihatinan akan masa depan bumi dan manusia.
Kumpulan puisi sedih bikin nangis tentang akhir zaman
Bagaimana kata-kata puisi sedih menyentuh hati dalam kumpulan puisi tentang hari akhir zaman diterbitkan puisibijak.com ini yang mencerminkan suasana sedih, tentang hidup dan keprihatinan terhadap akhir zaman.
Untuk lebih jelas kata-kata yang mendalam yang berkaitan dengan puisi tentang hari kiamat, disimak saja deretan bait puisi dalam tema puisi sedih tentang akhir zaman yang menyedihkan dan menyayat hati dibawah ini:
1. Puisi Sebuah Doa Di Ambang Kiamat
Di ambang kiamat, dalam senja nan kelam,
Dalam hening sunyi, aku berdoa dengan rindu,
Memohon ampunan dan cinta yang suci,
Menghadap Sang Pencipta, langitku yang abadi.
Dunia terguncang, gelombangnya memecah,
Hatiku mencari kekuatan yang tersembunyi,
Berharap kasih-Nya mengiringi langkah,
Di antara keraguan dan keresahan yang menghantui.
Waktu berkejaran, detik berlari pergi,
Namun hati berharap, diambang keabadian,
Agar kasih tergores abadi di hati,
Dalam doa terhampar, kerinduan sejati.
Kucurahkan dalam kata-kata penuh kesungguhan,
Doa terakhirku sebelum akhir zamanku tiba,
Moga kasih-Nya meliputi seluruh insan,
Menghapuskan lara dan menyatukan cinta.
Di ambang kiamat, dalam redupnya senja,
Kulangkahkan kaki, menghadap Illahi,
Kuucapkan doa, harap dalam hati,
Semoga rahmat-Nya terlimpah padaku nanti.
Dalam zikir, dalam sujud, dan dalam duka,
Aku berdoa, aku merintih, aku mencari-Nya,
Di hadapan-Nya, kutemukan kedamaian yang abadi,
Di ambang kiamat, doa ini terukir dalam batin.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku,
Permudahkanlah jalanku di saat kiamat menjelang,
Satukanlah hati kami dalam cinta-Mu yang suci,
Di ambang kiamat, kuucapkan doa ini, tanpa terhenti.
2. Puisi Derita Akhir Zaman
Di ujung zaman, derita merayap perlahan,
Tersapu gelombang masa, gulita menyapa,
Beku rasa dunia, manusia kehilangan arah,
Dalam kehampaan dan duka, mereka terjerat dalam angkara.
Bumi menangis, langit berduka,
Hatiku pilu, mengenang masa lalu yang indah,
Namun derita akhir zaman, menyiksa jiwa,
Mengisap harapan, meninggalkan luka.
Puing-puing peradaban berserakan di sana-sini,
Hati dengki dan kebencian merajalela,
Lupa pada cinta, toleransi pudar begitu saja,
Mengubur kedamaian, dunia terasa sepi dan sunyi.
Derita akhir zaman, kesedihan yang menghantui,
Per∆ng dan bencana, tak henti datang berganti,
Hati-hati kering, jiwa-jiwa tak lagi berbunga,
Tertutup rahmat, dalam dunia yang tertusuk duri.
Namun jangan hilang harapan di tengah gelap,
Meski derita akhir zaman menerpa tak henti,
Kita bisa berbuat, mengubah arah capai,
Bersatu tangan, mengembalikan cinta yang pergi.
Jadilah cahaya dalam kegelapan mencekam,
Menyinari jalan, mengusir bayang derita,
Dengan kasih dan perdamaian yang abadi,
Kita hadapi akhir zaman, menatap masa depan yang cerah
3. Puisi Kiamat di Keheningan Malam
Di keheningan malam, kiamat pun datang,
Dunia terbelah, terenggut oleh kegelapan,
Bintang-bintang pun bersimpuh pada Rabbnya,
Malam menjadi saksi, akan tiba kehancuran.
Suara angin malam berbisik pelan,
Mengabarkan tentang hari kiamat yang tiba,
Langit terbelah, bumi bergoncang,
Menghempaskan segala yang pernah ada.
Dalam keheningan malam, hati bergetar,
Akan datangnya azab yang tiada tara,
Kegelapan menguasai, tak ada terang,
Malam menjadi saksi, akan tiba kehancuran.
Namun di tengah gelap, ada harapan menyala,
Cahaya iman bersinar di kegelapan malam,
Doa-doa terhampar, meredam duka dan nestapa,
Berharap rahmat-Nya menyertai setiap insan.
Di keheningan malam, kita merenung,
Akan perjalanan dunia yang tak berujung,
Namun dalam hati, api iman tetap berkobar,
Menyala hingga akhir, menggapai ridha-Nya.
Saat kiamat datang, kita tak sendirian,
Dalam keheningan malam, Tuhan selalu hadir,
Dalam doa dan zikir, kita mencari-Nya,
Membimbing langkah, menuju jalan yang benar.
Di keheningan malam, kiamat pun menjelang,
Jadikanlah diri, tak berputus asa dalam iman,
Sujudkanlah hati, pada Sang Pencipta yang Maha Esa,
Dalam keheningan malam, temukanlah cinta dan kedamaian.
4. Puisi Tanda-Tanda Kehancuran Terbaca Jelas
Di alam yang berdiam, tanda-tanda terlihat jelas,
Kehancuran merayap, dalam lisan alam yang bisu,
Tumbuhan layu, sungai-sungai menyusut ke hulu,
Laut berbusa, langit mengabur dalam duka yang kelam.
Angin bertiup kasar, melolong pilu di atas bukit,
Gemuruh petir, membelah langit dengan menggetarkan bumi,
Gunung berapi berdentum, memuntahkan murka dan marah,
Semua itu tanda-tanda, kehancuran mendekat tanpa lelah.
Bumi bergetar, kehidupan terancam punah,
Hutan-hutan gundul, tak lagi merdunya alunan suara burung,
Es mencair, kutub menangis dalam resah,
Semua itu tanda-tanda, alam merintih, kehancuran datang perlahan.
Di tengah derasnya air mata alam yang menangis,
Manusia yang buta, tak tergerak untuk berubah,
Tamak dan rakus, merusak alam dengan n∆fsu yang tumpul,
Tanda-tanda kehancuran, terabaikan dalam kelalaian yang keji.
Keserakahan, kebencian, dan keegoisan merajalela,
Membelah persaudaraan, menyulut per∆ng di mana-mana,
Luka-luka hati tak terobati, perpecahan semakin dalam,
Semua itu tanda-tanda, kehancuran menyelimuti dunia yang runtuh.
Namun jangan biarkan, kegelapan memadamkan cahaya,
Tetap berdiri, bersatu tangan, perbaiki alam yang luka,
Tanda-tanda kehancuran, panggilan untuk bangkit berubah,
Kita punya harapan, hentikan kehancuran, bawa dunia menuju masa depan yang suci.
5. Puisi Tangisan Akhir Zaman
Tangis di akhir zaman terdengar mengalun,
Hati yang terluka, pilu dan penuh duka,
Sepi merayap, suara tangis menjadi nyanyian,
Mengisi malam yang kelam, bergegas dalam pelukan.
Tangisan akhir zaman, jerit pilu bumi menangis,
Hutan-hutan menebas sambung nyawa,
Air mata sungai mengalirkan luka,
Kehancuran merajalela, tak ada yang menang, semua kalah.
Manusia menangis, jiwa yang rapuh menggigil,
Kehampaan mengisi, hati yang sepi dan gersang,
Dalam kegelapan, mereka terjebak dalam kepiluan,
Tangisan akhir zaman, merangkai derita dalam setiap langkah.
Kemanusiaan hilang, terkubur dalam permusuhan,
Agama diperalat, menjadi senj∆ta kebencian,
Tangisan akhir zaman, mencari cinta yang hilang,
Namun terasa jauh, terkubur dalam ambisi yang tak berujung.
Namun jangan biarkan, tangisan menjadi lara,
Marilah berubah, bersatu membangun harapan,
Berikan kasih, hadirkan kebaikan dalam sastra,
Tangisan akhir zaman, berubah menjadi doa kebangkitan.
Dalam setiap tetes air mata, ada harapan yang terpendam,
Bersama saling membangun, menggapai masa depan yang berseri,
Hapuskan tangisan akhir zaman, satukan jiwa dalam cinta,
Kemulian hati yang terpancar, membawa dunia menuju surga yang hakiki.
6. Puisi Jejak-jejak Akhir Zaman: Sepenggal Kisah Manusia
Jejak-jejak akhir zaman, merekam kisah manusia,
Sepenggal perjalanan, dalam alur waktu yang berkejaran,
Dalam goresan catatan, terpahat kenangan dan duka,
Sepenggal kisah manusia, dalam derita dan kebahagiaan.
Jejak-jejak akhir zaman, menelusuri peradaban yang runtuh,
Bangunan tinggi roboh, tembok-tembok yang pernah tegak gagah,
Kehancuran terlihat jelas, di reruntuhan masa lalu yang berlalu,
Namun ada keindahan, dalam jejak yang tertinggal.
Puisi-puisi tentang cinta, puisi tentang penderitaan,
Makna-makna dalam kata-kata, dalam cerita-cerita yang terukir,
Jejak-jejak akhir zaman, menyisakan hikmah dan pengajaran,
Melambungkan harapan, menghadapi masa depan yang samar.
Ada pesan dalam jejak, tentang kebijaksanaan dan keteladanan,
Mengajarkan kebaikan, merangkul kasih dalam setiap langkah,
Jejak-jejak akhir zaman, mengingatkan tentang kelemahan dan kebesaran,
Tentang bagaimana manusia merajut makna kehidupan.
Namun di balik jejak-jejak, ada juga pelajaran berharga,
Tentang bagaimana manusia kadang berlari dari kebenaran,
Mengorbankan alam, demi n∆fsu yang tak terpuaskan,
Jejak-jejak akhir zaman, memberi peringatan tentang hari akhir yang menyedihkan.
Kita adalah penulis, pengarang dari jejak-jejak ini,
Merekam setiap langkah, dalam buku perjalanan panjang,
Marilah kita berlaku bijaksana, agar jejak kita menjadi cahaya,
Menyinari masa depan, di tengah gelapnya akhir zaman yang kelam.
7. Puisi Hari Akhir yang Memuat Doa
Di hari akhir yang menjelang, dalam redup senja terhampar,
Doa terucap dari lubuk hati, memohon ampunan yang abadi,
Dalam zikir yang penuh rasa, terukir harap akan surga yang indah,
Menghadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam kerendahan diri, kami bersujud.
Ya Allah, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Limpahkanlah rahmat-Mu pada hamba yang hina ini,
Terangi jalan kami dalam kegelapan hari pembalasan,
Bimbinglah kami, di hadapan-Mu, menjadi hamba yang bertaqwa.
Di hari akhir yang gemilang, ketika segala rahasia terungkap,
Saksikanlah amal kami, wahai Penguasa Alam Semesta,
Jangan biarkan dosa-dosa menghiasi lembar-lembar catatan,
Ampunilah kesalahan kami, jadikanlah kami hamba yang terpilih.
Ya Rabb, tanamkanlah dalam hati kami, cinta kepada sesama,
Agar di hari terakhir, saling tolong-menolong tulus ikhlas,
Sampaikanlah pesan cinta, dalam doa yang kami panjatkan,
Satukanlah hati, menjadi saudara, dalam tali kasih yang mengikat.
Di hari akhir yang menakutkan, ketika surga dan neraka hadir,
Perlihatkanlah wajah-Mu yang Maha Pengasih kepada kami,
Jadikanlah surga tempat kami berlabuh, dari siksa neraka terjauhkan,
Hiasi hidup kami dengan kesucian, agar kebahagiaan abadi kami nikmati.
Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, terimalah doa kami yang sederhana,
Jadikanlah hari akhir sebagai pelabuhan kebahagiaan abadi,
Di hadapan-Mu, kami merendahkan diri, memohon ampunan,
Agar dalam kasih-Mu, kami mendapatkan keberkahan dan keindahan.
Demikianlah sekumpulan puisi yang sedih tentang akhir zaman, semoga dapat menginginkan kita semua bahwa Dunia ini hanya sementara